Kamis, 29 September 2011
Pelacur Anak Anak Di Surabaya Ternyata Didukung Oleh Orangtua
BILD SURABAYA-Pada tanggal 21 September 2011Aparat Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) Polrestabes Surabaya melacak nomor ponsel milik beberapa pelaku dan korban kejahatan prostitusi anak yang terjadi di kota ini. Sebagian pelacur anak tersebut selama ini jika bepergian diantar-jemput orangtua mereka.
Menurut Kasatreskrim Polrestabes Surabaya, Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Anom Wibowo, pelacakan nomor ponsel ini untuk mengembangkan kasus dan mencari pelaku-pelaku lain yang diduga terlibat.
“Kami mencari nomor-nomor itu untuk mencari tahu dan membongkar kasus ini. Selain mencari pelaku, polisi juga mencari korban agar tidak sampai terjerumus lagi,” ujarnya kepada wartawan di ruangan kerjanya, di Mapolrestabes, Jalan Taman Sikatan 1, Selasa (21/9/2010).
Seperti diketahui, Polrestabes Surabaya menangkap sindikat pelaku praktik perdagangan anak yang dipekerjakan sebagai pekerja seks komersial (PSK). Kedua tersangka kasus ini menyediakan perempuan yang katanya masih perawan, tidak tanggung-tanggung, jumlahnya sekitar belasan gadis yang mayoritas masih di bawah umur.
Sampai saat ini, piha Anom masih memburu pelaku lain, khususnya yang berperan sebagai mucikari atau pencari korban dan pelanggan. Anom yakin masih ada pelaku lain yang masih berkeliaran. “Kami yakin masih ada pelaku lain. Semoga bisa segera terungkap dan membongkar sindikat kasus prostitusi perempuan serta perdagangan anak. Saat ini masih dalam tahap pelacakan,” papar dia.
Selain itu, lanjut dia, sampai saat ini polisi sudah mengamankan 12 korban prostitusi perempuan di bawah umur. Ini berarti ada delapan perempuan lain yang terungkap setelah polisi membongkar kasus ini tengah pekan lalu.
“Benar, korban dalam kasus ini bertambah. Awalnya empat, kemudian tambah tiga, kemudian tambah lima lagi. Kami masih berupaya mencari korban lainnya dan mengembalikan anak-anak ini ke bawah pengawasan orang tua,” ujar mantan Kasat Pidana Umum Ditreskrim Polda Jatim itu.
Diajak Kawan
Anom juga menjelaskan, tidak semua korban terjerumus ke dunia ini karena alasan ekonomi. Di depan penyidik, korban mengaku karena diajak kawan yang sudah dikenalnya sejak lama.
“Korban ada yang setiap harinya di antarjemput orangtua dan mampu, ada juga yang terbentur persoalan ekonomi untuk menambah kehidupan mereka sehari-hari. Tapi ada juga korban terjerumus karena kurangnya perhatian dari orangtua,” ucapnya.
Karena itulah, ia mengimbau kepada para orangtua supaya selalu mengawasi dan memberikan nasihat kepada anaknya, terutama anak gadisnya, untuk tidak mudah terpengaruh dengan ajakan teman-temannya yang salah.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar