![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgtAle07vk59yV6LZAVprcZp8VPTrp4Q30LVwlnADjuxlBEEVskP3AsrNPQabZSU0l8qP_S0K9W8F82WiNYkedU-yKueOieR7jaAk7P8iNPgrcfBWVIoqm-Z6HwA3C3AraYRaoKGsg6FlE/s200/Warga+Iran+Selundupkan+SS+Rp.+6,5+M+dalam+Kimono.jpg)
BILD SURABAYA – Pada Hari Jum'at, 06 November 2009 Tim gabungan Bea Cukai, Polisi Militer TNI-AL (Pomal), dan Ditnarkoba Polda Jatim membongkar sindikat narkoba internasional dari Turki, Selasa (3/11) dan Rabu (4/11). Modusnya baru. Serbuk sabu-sabu (SS) dilekatkan di baju mandi (kimono) berbahan handuk.
Dari penggerebekan tersebut, tim gabungan berhasil menangkap empat warga Iran. Salah seorang adalah wanita bernama Mozhran, 39. Lalu, tiga lainnya yang semua pria bernama Mohammad, 21; Sayyed Maghdi, 27; dan Mohammad Reza, 35.
Selain itu, tim menyita kimono seberat 9,7 kilogram. Di kimono itulah terdapat 4,7 kilogram SS senilai Rp 6,5 miliar.
Menurut Kakanwil BC Jatim I Jasman Sutedjo, kasus itu bermula dari kecurigaan pihaknya terhadap tampilan mesin X-ray terhadap barang bawaan Mozhran dan Mohammad. ''Keduanya datang dari Kuala Lumpur menggunakan Malaysia Airlines,'' kata Jasman. Yang semakin mencurigakan, dua warga Iran tersebut tampak bingung ketika lama diperiksa.
Tampilan monitor X-ray menunjukkan bahwa di masing-masing tas terdapat tumpukan yang diduga kain berwarna cukup gelap, sehingga perlu pemeriksaan fisik. Apalagi, ketika diwawancarai petugas Custom Declarations (CD), keduanya mengaku dari Istanbul dan tak tahu tujuan ke mana di Indonesia. ''Jalur Istanbul-Kuala Lumpur-Surabaya adalah jalur rawan narkoba,'' papar Jasman.
Petugas kemudian memeriksa kimono tersebut secara fisik. Terasa kaku. Ketika dipegang, tangan petugas tersebut langsung penuh bubuk putih. Petugas kemudian mengibaskan kimono tersebut dan semakin banyak bubuk putih yang keluar. Bubuk putih itu lantas diperiksa melalui narco-test (sebuah alat penguji narkoba). Hasilnya ternyata positif methamphetamine. Itu adalah nama medis sabu-sabu.
''Ini adalah modus baru. Menyelundupkan narkoba melalui kimono,'' papar Jasman.
Modus sebelumnya yang biasa digunakan adalah melalui kemasan makanan (biskuit), dinding palsu di tas dan koper, disembunyikan di sol sepatu, dililitkan ke badan (body stripping), disembunyikan melalui pakaian dalam, dan memasukkan methamphetamine cair ke dalam botol sampo, detergen, atau air mineral.
Sadar bahwa dua orang itu adalah anggota sindikat narkoba internasional, bea cukai lantas berkoordinasi dengan Ditnarkoba Polda Jatim. Polisi langsung mengembangkan penyidikan. Dalam pemeriksaan, dua orang Iran tersebut mengaku bukan pemilik asli tas itu. Tas tersebut adalah titipan dari seorang pria Turki berinisial Mr G yang sampai saat ini masih berada di Istanbul.
''Keduanya hanya kurir dan disuruh mengantarkan ke seseorang bernama Mohammad Reza melalui Sayyed Maghdi yang sudah menginap di Hotel Inna Simpang,'' jelas Kasat II Ditnarkoba Polda Jatim AKBP Sudirman. Petugas langsung menggerebek hotel tersebut dan berhasil membekuk Sayyed.
Di dalam kamar hotel itu, polisi juga menemukan sebuah kimono yang kaku, sama seperti yang ditemukan di tas pasangan Mohammad dan Mozhran. Memanfaatkan Sayyed, polisi kemudian memancing Mohammad Reza. Pancingan itu berhasil. Petugas kemudian menangkap Mohammad Reza di lantai 3 Tunjungan Plaza.
Namun, ujung sindikat itu masih belum terpegang. Dari pengakuan dua tersangka yang ditangkap belakangan, kimono tersebut akan digabungkan dengan kimono yang dibawa Mohammad dan Mozhran, selanjutnya diserahkan kepada seseorang berinisial Mr A. ''Kami masih memburu Mr A itu. Telepon genggamnya tak pernah aktif, sehingga kami sulit melacak,'' tutur perwira dengan dua mawar di pundak tersebut.
Sudirman menyatakan, dalam waktu dekat, pihaknya juga akan berkoordinasi dengan BNN yang dua pekan lalu juga mengungkap sindikat narkoba asal Iran. ''Tampaknya ada indikasi keterkaitan antara dua sindikat ini. Namun, pastinya apa, masih kami telusuri,'' tuturnya.
Selain itu, Sudirman menyatakan mencari warga lokal yang menjadi ''penunjuk'' bagi sindikat tersebut. ''Sulit dipercaya bila mereka hanya bergerak sendiri tanpa ada bantuan orang lokal. Kami masih mencarinya,'' tegasnya. (Ronny & Tia)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar